MEDIANAD.COM, SABANG- Sejumlah perusahaan dari berbagai negara menunjukkan minat kuat untuk berinvestasi di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang, khususnya pada sektor kepelabuhan, perikanan, dan pariwisata.
Minat tersebut terungkap dalam audiensi antara perwakilan sejumlah perusahaan dengan manajemen Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS). Para calon investor tidak hanya hadir dalam pertemuan formal, tetapi juga menunjukkan keseriusannya dengan melakukan diskusi lanjutan, termasuk dengan pihak Bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Sabang terkait mekanisme transaksi keuangan berbasis syariah di ruang rapat BPKS, Kamis (24/07).
Adapun beberapa perusahaan yang hadir dalam audiensi tersebut antara lain PT Astama Karya Adiluhung, diwakili oleh Kim Hyunchul (Korea Selatan), Rizq Engineering & Services PTE LTD, diwakili oleh Azuan (Singapura) dan PT Pelayaran Indoprof Setia, diwakili oleh Ahmad Ismail dan Abdul (Maladewa).
Kim Hyunchul dari PT Astama Karya Adiluhung menyampaikan minat kuat perusahaannya untuk mengembangkan investasi di bidang perikanan, khususnya untuk komoditas ikan tuna dan sejenisnya.
“Saya sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di Muara Baru, Jakarta. Kami melihat Selat Malaka memiliki potensi besar. Oleh karena itu, kami akan melakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui sejauh mana potensi tersebut dapat dimanfaatkan,” ungkap Kim.
Ia menambahkan, uji coba penting dilakukan karena armada yang mereka miliki tergolong besar, yakni di atas 35 GT, sehingga perlu survei teknis yang memadai.
Sementara itu, Ahmad Ismail dan Abdul dari PT Pelayaran Indoprof Setia menyampaikan rencana mereka membangun shipyard (galangan kapal) di Sabang. Selama ini, mereka telah memiliki pengalaman dalam pembangunan dan pengoperasian galangan kapal di beberapa negara.
“Batam sudah terlalu padat. Sabang bisa menjadi alternatif baru. Kapal-kapal dari India, Sri Lanka, dan sekitarnya bisa melakukan doking di Sabang tanpa harus ke Batam atau Singapura, karena jaraknya lebih dekat,” jelas Ismail
Untuk merealisasikan rencana tersebut, mereka membutuhkan lahan sekitar 20 hektare dengan lebar fasilitas shipyard mencapai 60 meter. Selain itu, mereka juga menyatakan ketertarikan terhadap skema ship to ship transfer (STS), yang saat ini semakin dibutuhkan di dunia pelayaran internasional.
“Saat ini fasilitas STS di Singapura sudah overcapacity. Sabang bisa menjadi alternatif, khususnya untuk kapal-kapal tanker BBM dari India yang bisa langsung dilayani di sini tanpa harus ke Malaysia atau Singapura,” tambahnya.
Tidak hanya itu, para calon investor juga melihat peluang pengembangan industri berbasis minyak sawit (palm oil), yang selama ini terpusat di Belawan. Mereka tengah mempelajari kemungkinan pengembangan produk turunan seperti Fatty Acid Methyl Ester (FAME) bahan baku biodiesel yang semakin banyak diminati sebagai bahan bakar alternatif.
“Permintaan FAME saat ini cukup tinggi, terutama dari kawasan Asia Selatan seperti India. Ini bisa menjadi peluang strategis bagi Sabang sebagai pusat pengolahan dan distribusi,” sebut salah satu perwakilan perusahaan.
Audiensi tersebut diterima langsung oleh Kepala BPKS, Iskandar Zulkarnaen, didampingi Wakil Kepala Abdul Manan, Deputi Pengawasan Ridha Amri, Direktur Promosi dan Kerja Sama Maya Safira, Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi Mustiqal Saputra, Kepala Biro Perencanaan Teuku Ardiansyah, Kepala UMP Zulkarnain, Kabag Humas Asmara Diah Saputra, dan Kasubdit Pembangunan Makinuddin Asmar.
Pertemuan kali ini merupakan pertemuan lanjutan setelah melakukan pertemuan sebelumnya yang berlangsung di Banda Aceh.
Iskandar menyampaikan bahwa posisi geografis Sabang yang strategis di jalur pelayaran internasional Selat Malaka salah satu jalur tersibuk di dunia menjadikan kawasan ini sangat potensial sebagai logistics hub dan pusat transhipment antara Asia Tenggara dan Asia Selatan.
“Sabang memiliki potensi besar dalam sektor perikanan seperti Tuna, Cakalang, serta produk laut lainnya. Kami juga membuka peluang pengembangan dermaga, gudang, cold storage, dan kawasan industri ringan,” ujar Iskandar.
Ia menambahkan, selain potensi logistik dan industri, Sabang juga menyimpan kekayaan wisata bahari yang eksotis seperti taman laut dan pantai pasir putih. Jika dikelola secara terpadu dan profesional, Sabang bisa berkembang menjadi pusat perdagangan bebas regional, sejajar dengan Batam maupun Belawan.
“Sektor-sektor yang memiliki prospek tinggi di antaranya bunkering, logistic transit, ship to ship transfer, cold storage produk perikanan, dan ekowisata,” tambahnya.
Pada kunjungan kedua ini sekaligus dirangkai dengan kegiatan survey dilapangan termasuk dengan melakukan audiensi dengan pihak Bank Syariah Indonesia Kota Sabang.
Disela-sela pertemuan itu, Direktur Promosi dan Kerja Sama, Maya Safira, juga memaparkan potensi perikanan secara rinci, termasuk di wilayah Pulo Aceh (Kabupaten Aceh Besar) dan Kota Sabang. Menurutnya, potensi tangkap Yellowfin Tuna di kawasan ini sangat menjanjikan, hanya saja diperlukan kapal tangkap berskala besar untuk optimalisasi produksi.
Sedangkan Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi, Mustiqal Saputra, menyoroti aspek teknis dari skema ship to ship, yang menurutnya menjadi solusi efisien dan semakin diminati oleh industri pelayaran global.
Dengan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, BPKS optimistis kawasan Sabang akan menjadi destinasi investasi baru yang menjanjikan, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga bagi mitra regional di kawasan Asia.(man)