ABU DHABI, UNI EMIRAT ARAB, MEDINAD.COM : Ini adalah tema Pertemuan Tahunan ke 15 IRENA, International Renewable Energy Agency yang berlangsung tanggal 11-13 Januari 2025 bertempat di St. Regis Hotel Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

IRENA adalah Badan Energi Terbarukan yang bermarkas di Abu Dhabi berabggotakan sekitar 185 negara di seluruh dunia. Setiap tahun IRENA menyelenggarakan pertemuan tahunan yang tahun ini sudah berlangsung ke 15 kalinya.

Kali ini isu yang diangkat adalah “Tripling Renewable Energy dan Doubling Down Energy Efficiency”. Tiga kali lipat peningkatan energi terbarukan untuk planet bumi dan masyarakat yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan target PBB melalui pertemuan COP21 yang sepakat menjalankan Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu bumi maksimum 1,5 derajat C pada tahun 2050.

“Indonesia yang sudah meratifikasi Perjanjian Paris menjadi UU No.26 Tahun 2016 Tentang Perjanjian Paris telah menyampaikan komitmen menurunkan emisi karbon dalam NDC (National Determined Condition) sebesar 32% tahun 2030 telah mengambil langkah nyata termasuk menyusun rencana jangka panjang melalui peta jalan pelaksanaan transisi energi menuju target Net Zero Emission tahun 2060.”

Dengan target NZE ini, Indonesia akan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dengan menggantikan peran energi fosil yang selama ini mendominasi Penggunaan Energi dalam Bauran Energi Nasional.

Dalam pertemuan tahun ini, Indonesia yang semula akan dihadiri langsung oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia bersama Dirjen EBTKE Prof Eniya Listiana Dewi, batal hadir karena ada kegiatan lain di dalam negeri. Akibatnya tidak ada delegasi pada level. Menteri atau level Dirjen yang hadir. Delegasi Indonesia hanya terlihat diwakili staf Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Uni Emirat Arab. Dr Ir Surya Darma MBA, Ketua Pusat Studi Energi Terbarukan, ICRES (Indonesia Center for Renewable Energy Studies) yang diundang sebagai Observer oleh IRENA melaporkan hal tersebut kepada media di Indonesia.

Dr Surya yang juga diundang menghadiri Forum khusus dalam Side Event oleh IRENA dalam forum Global Geothermal Alliance (GGA) menyampaikan bahwa antusiasme peserta untuk hadiri pertemuan tahunan IRENA semakin semarak dalam hal jumlah peserta daan peninjau sebagai observer. Dr Surya juga diminta menyampaikan intervensi pada Forum GGA.

Surya menyampaikan bagaiamana komitmen pemerintah Indonesia yang sangat serius dalam melaksanakan transisi energi untuk mencapai NZE tahun 2060. Presiden juga sudah menyampaikan keinginan Indonesia mewujudkan ambisi target ZE pada 2060 dan target Pemerintah untuk memenuhi Ketahanan dan Swasembada energi yang juga banyak dikaitkan dengan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan dan pemerataan penggunaan energi diseluruh pelosok negeri termasuk penambahan jaringan untuk mendukung pemanfaatan energi terbarukan, ujarnya.

Berbicara dalam GGA, Surya Darma menyampaikan, sebagai Ketua ICRES yang bekerjasama sangat dekat dengan pemerintah Indonesia, menyampaikan betapa besar peran energi terbaruka khususnya panas bumi dalam memenuhi ambisi target NZE tahun 2060. Panas bumi akan menjadi salah satu tulang punggung substitusi energi fosil dengan energi terbarukan.

“Panas bumi dengan berbagai kelebihan yang dimiliki, dipastikan akan dapat menggantikan sebagian kapasitas pengganti listrik yang berasal dari batubara. Panas bumi sudah dibuat peta jalan agar dalam 10 tahun ke depan dapat meningkat menjadi 7 GW. Bahkan dalam perubahan Rancangan Kebijakan Energi Nasional, Panas bumi diharapkan dapat mensuplai sebesar 22 GW pada tahun 2050”.

Hal ini membutuhkan dukungan pendanaan yang cukup besar, bahkan dalam sebuah perhitungan. Kebutuhan dana investasi mencapai 100 miliar USD tutor Surya dalam wawancara tertulis dengan awak media, langsung dari Abu Dhabi.

Dengan program ini, peran panas bumi akan menjadi penghasil listrik terbesar dibandingkan negara-negara lainnya dindunia. Saat ini, Amerika me jadi produsen panas bumi terbesar di dunia, baru diikuti oleh Indonesia di urusan kedua. Dalam program memenuhi target NZE, Indonesia akan mengoptimumkan penggunaan panas bumi sampai 22 GW dar potensi yang saat ini ada sebesar 24 GW.

Untuk memenuhi hal ini, kata Surya yang juga pernah memimpin METI selama dua periode dari 2015-2022. Perlu kolaborasi dengan berbagai pihak khususnya dengan berbagai negara lain termasuk para donor dan investor untuk mendukung pengembangan panas bumi di Indonesia, tutup Surya Darma. (TW)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini